Rabu, 06 Oktober 2010

True Story - Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Taken from Milis Femina *Must read* Thanks for share

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan,
tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan
lewat media cetak dan electronic. Ada seorang
pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak
yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu
pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun
lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta,
dia sudah di promosikan ke posisi manager.
Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh
dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya
yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan
cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat
ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya
seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit
kepala terlihat seperti borok yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak.
Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini
betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang
keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.

Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang
sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain.
Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang
pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu
membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang
bertanya siapa wanita cacat dirumahnya,
A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang
ikut Ibunya dulu sebelum meninggal.
"Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan."
jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap
diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya.
Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya
sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.

Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari
ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang.
A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu,
mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala
keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan
oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan
buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja
(di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada
mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT
(bad temper) dan uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak
lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan
koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be.
Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik.
Potongan koran usang memberitakan tentang seorang
wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan
anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk
erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan
sprei kasur basah menerobos api yang sudah
mengepung rumah.

Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang
anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.
Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk
mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa
wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu.
Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang
terbaring sakit tak berdaya.

Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa
dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping
ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis
ia meminta maaf dan memohon ampun atas
dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis,
terharu dengan ketulusan hati anaknya.
"Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan.
Jangan di ungkit lagi".
Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya
belanja ke supermarket.

Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap
cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli
tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam
media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini
di media cetak, saya sempat menangis...

Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah,
biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud
di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.

Love,
Andini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar